PERANG KAMANG
1908
MENURUT KACAMATA
INYIAK KARI MUDO
(PELAKU SEJARAH)
Menjelang meletusnya Perang Kamang 15 Juni 1908, ada
beberapa Tokoh Kamang yang cukup memainkan peranan penting, diantaranya adalah
Abdul Wahid Kari Mudo. Kari Mudo adalah penduduk Kamang asli, kelahiran tahun
1880 M dari pasukuan Sikumbang dusun jalan basimpang Jorong Pintu Koto. Jika
ditelusuri sisilah beliau, Kari Mudo termasuk keturunan salah seorang pemimpin
Agama pada waktu Perang Paderi. Jadi tak heran jika beliau seorang yang cerdas
dan terpelajar dizamannya, seorang idealis, mempunyai pandangan yang luas pada
waktu itu, sehingga menjadi pemimpin
yang Kharismatik ditengah masyarakat di Nagari Kamang. Diawal Bulan Maret 1908 dia telah menentukan
sikap untuk tidak membayar pajak dan
tidak akan tunduk pada peraturan Pemerintah Kompeni. Bersama dengan pemimpin
Kamang lainnya beliau berhasil menggelorakan semangat rakyat untuk menghadapi
perang melawan Belanda. Apa sebabnya Kari Mudo dan kawan-kawan begitu berani
melawan belanda yang sudah mempunyai serdadu yang begitu banyak dan terlatih
serta memakai senjata modern. Ini dapat diketahui dari kutipan dialog Kari Mudo
(K M) dengan cucunya yang bernama Miral
Manan (M M)* pada tahun 1950 sebagai berikut :
M M : “Ba a mangko sabagak tu bana
Inyiak Aki jo kanti-kanti Inyiak Aki malawan Ulando baparang? Sadangkan Ulando
tu sardadu no banyak, babadia pulo lai. Di Inyiak Aki aa nan lai. Sudahlah awak
sakaciak, indak babadia, sanjato indak labiah ruduh jo lambiang, ba aa tu
Inyiak Aki?”
K M : Dengan tegas beliau menjawab : “
Aa jano ang, Ang sangko bodoh bana Inyiak Ang ko, bahaso Ulando tu banyak, babadia,
basardadu, kok abih bana nan datang ka Kamang tu, di Bukiktinggi, di Padang, di
Jawa lai nan katibo. Itu sabab no mangko nan kami suruah pai parang tu nan tak
akiki, nan alun ba binyi, malah sabalun pai parang, basiangkan kain kapan no
taro. Baitu padek no ati nan mudo-mudo saisuak. Tapi, nan sabana mukasuik
inyiak Ang ko aa? Lai jaleh diang? Kamingga an jajak untuak kalian. Mamancang
tando nan mangecek an ka kalian bahaso, bahaso kami lai indak namuah sen doh dijajah
Ulando kapia tu. Bautang kami ka kalian dari dunia sampai ka akherat, kalau
kami indak maningga kan jajak nan kalian turuikkan. Kini kan lah tampak diang,
ndak sio-sio jajak nan kami tinggakan tu doh. Lah satotoh kasadono sa Indonesia
no pamuda bangkik. Alah tausia Ulando tu, lah mardeka awak kini. Ba a diang
tu?”.
M M : “Iyo pulo tu iah Nyiak Aki. Lai
ndak sio-sio Inyiak Aki Tabuang do”.
K M : “Indak iyo pulo doh, Iyo bana, Iyo
bana!”
TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA
M M : Mengapa Kakek dan kawan-kawan
Kakek, begitu berani berperang dengan Belanda, padahal Belanda itu mempunyai
banyak tentara dan bersenjata lengkap. Kakek hanya punya golok dan tombak.
Bagaimana menurut pendapat Kakek?
K M : Dengan tegas beliau menjawab: Apa kata mu? Kamu anggap kakekmu ini bodoh
betul. Kakek tahu bahwa serdadu Belanda itu banyak, punya senjata lengkap. Kalaupun
habis yang datang ke Kamang, di Bukittinggi, di Padang dan Jawa masih banyak
lagi yang akan dikerahkannya. Itulah sebabnya maka yang kami suruh berperang
itu diutamakan yang belum berkeluarga, bahkan sebelum berangkat telah
disediakan kain kafannya. Demikianlah keberanian pemuda-pemuda tempo dulu.
Maksud Kakek berperang itu, adalah memberitahukan kepada kalian, bahwa kami
tidak mau dijajah oleh belanda kafir itu. Ini merupakan kewajiban kami.
Sekarang sudah kamu lihat. Perjuangan kami tidak sia-sia. Seluruh bangsa Indonesia telah bangkit. Belanda sudah
dapat di usir. Indonesia sekarang sudah merdeka. Bagaimana pendapatmu mengenai
hal ini?
M
M : betul juga ya Kek. Tidak percuma Kakek terbuang.
K
M : Bukan betul juga (tetapi). Betul sungguh-sungguh! Betul sungguh-sungguh!.
Dari dialog Kari Mudo dengan Cucu beliau sebagaimana
diatas, dapat diambil suatu point yaitu :
“disamping mengharap lepas dari
belenggu penjajahan, juga punya satu momentum yang tidak kalah pentingnya,
yaitu menciptakan jejak-jejak sejarah”. Mengenai hal ini juga sejalan dengan
apa yang telah disampaikan oleh Kari Mudo kepada Buya Hamka sewaktu mereka
dalam menjalani tahanan di Makasar. Kari Mudo mengatakan : “bahwa dalam Perang Kamang
1908 kami sadar adalah ide gila untuk mengharap kemenangan dari dari pertempuran
menghadapi pasukan Belanda yang memiliki senjata lengkap dan modern, serta
pasukan yang terlatih. Satu-satunya yang kami inginkan adalah dengan pengorbanan
yang kami berikan, kiranya garis sejarah tidak akan putus, sebagai bukti
semangat anti penjajahan terus hidup dalam masyarakat Kamang.”
Garis sejarah seperti apa yang diharapkan oleh Kari
Mudo tersebut memang diwarisi oleh masyarakat Kamang. Semangat anti penjajahan
terus membara dalam kehidupan masyarakat Kamang. Sejarah telah membuktikan. Secara
fisik ini terbukti dengan adanya Pemberontakan Kamang pada tahun 1926 dan
Kamang dalam mempertahankan kemerdekaan (Tahun 1945 s/d 1949). Secara non fisik
pada tahun 1923 pemuda-pemuda Kamang tamatan Sumatera Thawalib telah berhasil
mendirikan Madrasah dengan nama Diniyah
Scool.
*MIRAL
MANAN cucu A.Wahid Kari Mudo, Mantan Sekretaris Bupati Militer Agam, Sekretaris
Bupati Agam, Ka. Kasospol Sumatera Barat.
Sumber:
1. Kamang
Dalam Lintasan Sejarah Perjuangan Bangsa, Tim Penyusun Mongrafi Kamang, 1995.
2. Kamang
Dalam Pertumbuhnan dan Perjuangan Menentang Kolonialis, A.Sutan Majo Indo, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar